Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tips Merawat dan Memelihara Puyuh Petelur Agar Tetap Berproduksi dengan Maksimal

Sebelum melanjutkan posting yang ke sekian kali mengenai per-puyuh-an, perlu saya tekankan sekali lagi bahwa semua tulisan saya sejak pertama merupakan “murni hanya bercerita” pengalaman. Jadi harap maklum kalau banyak kekurangan di sana sini terutama mengenai tata cara beternak atau budidaya burung puyuh petelur, karena sama sekali tidak ada dasar disiplin keilmuan peternakan khususnya ternak unggas maupun dasar pengalaman mengikuti peternak besar yang sudah maestro. Maka, sekiranya ada diantara pembaca yang ahli di bidang ternak unggas atau yang sudah lebih berpengalaman, dimohon untuk memberikan masukan-masukan, kritikan, ataupun nasehat yang tentu akan sangat berharga buat saya.
Setelah 20 hari masa pembesaran, sudah saatnya burung puyuh dipindah ke kandang teluran. Sebenarnya 20 hari hari juga hanya patokan saja, sebab ada yang mindahnya setelah burung puyuh berumur 25 hari atau bahkan 30 hari baru dipindah.

Pada saat memindahkan berarti juga tiba saatnya untuk memberi vaksin flu burung. Penting nggak penting pemberian vaksin ini relatif diperlukan. Ingat dengan merebaknya flu burung beberapa saat yang lalu ternyata memang merepotkan peternak-peternak unggas.

Biaya vaksinasi cukup murah, sudah termasuk vaksin dan jasa berkisar Rp 80 ribu untuk 1000 populasi.
Masa burung puyuh berproduksi adalah masa-masa keemasan bagi peternak setelah melewati masa pembesaran yang rasanya melelahkan. Melihat telur-telur yang menggelinding di strimin kandang bagian depan, ada kepuasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh sang peternak.

Seperti pepatah Cina mengatakan: lebih mudah membuka toko daripada mempertahankan agar toko tetap buka.

Demikian juga dengan masa burung puyuh bertelur adalah masa yang cukup panjang. Banyak nantinya aral melintang dan hambatan yang mengganggu si cantik-cantik ini berproduksi (mereka betina kan? Jadi cantik-cantik…). Bagaimana tips agar produksi tetap bertahan dalam hitungan “bagus” dan “memuaskan” hingga mengantar mereka untuk mengembalikan modal kita ? Nah, berikut akan saya sampaikan beberapa tips yang sebenarnya sederhana dan biasa saja. Para peternak tentu sudah biasa menjalankan, hanya mungkin tidak sempat menuliskannya.

Produksi telur burung puyuh sudah dalam keadaan stabil maksimal, tetapi kemudian ada penurunan produksi (beberapa ada yang bahkan cukup signifikan). Kaget itu tentu saja. Nah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi hal yang demikian adalah:
1. Burung puyuh sering dalam keadaan kelaparan.

Wah, sebaiknya jangan terlalu menerapkan prinsip ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Jatah pemberian pakan memang diperlukan untuk mengatur pengeluaran. Tapi pembatasan yang berlebihan demi untuk penghematan tentu akan dibalas juga dengan penghematan produksi telur. Sayang kan ?!
2. Rumah induk yang terlalu gelap.

Burung puyuh suka dengan cahaya terang. Maka pemberian lampu sebaiknya siang dan malam. Salah satunya saya buktikan di beberapa kandang adanya pemusatan telur mengumpul di satu sisi yang paling terang. Tapi bisa saja apabila penerangan kurang memadai, burung puyuh akan jarang makan, sehingga otomatis produksi telurnya juga jarang.
3. Periksa kondisi lingkungan.

Terutama dengan suara-suara yang mengagetkan. Biasanya akan berpengaruh dan membuat stres sehingga produksi menurun. Kejadian ini juga bisa disebabkan saat rutinitas “nimpal” atau membersihkan kotoran jaga jangan burung-burung puyuh ini “grobyakan”, apalagi yang berlebihan. Untuk ini ada vitamin yang perlu diberikan untuk mengantisipasi hal-hal yang demikian, yaitu vitamin ANTISTRES.
4. Perubahan cuaca dan iklim.

Biasanya dalam masa pancaroba hawa terasa kurang nyaman. Burung-burung puyuh seakan juga merasakan hal yang sama. Apabila produksinya menurun saat pergantian musim (pancaroba), berarti burung puyuh memang sedang tidak enak badan. Selain pemberian antistres dan vitamin C selama tiga hari berturut-turut, untuk memberi energi pada sore harinya perlu juga pemberian gula pasir untuk minum. Dosis pemberian gula pasir ialah satu sendok makan untuk 10 liter air (tentu diencerkan terlebih dahulu di air panas).

5. Pemberian obat perangsang telur.

Banyak manfaat dari obat perangsang telur ini. Selain merangsang produksi, juga memperbaiki kondisi telur supaya tidak terlalu kecil atau kerabang tipis. Tapi segera hentikan jika sudah terlalu banyak telur yang besarnya di luar ukuran biasa.
6. Periksa kebersihan tempat minum.

Kalau tempat minum sudah terlalu kotor, biasanya burung puyuh jadi agak enggan meminumnya. Otomatis produksi ikut menurun.
7. Rumah induk terlalu pengap.

Karena khawatir kedinginan, kadang ada yang menutup rapat-rapat rumah induk. Ini tidak baik. Seperti kita juga tidak akan sehat tinggal di rumah yang tidak berventilasi. Maka beri angin-angin yang menyegarkan hawa di dalam rumah induk. Beri suasana yang nyaman dengan sirkulasi udara yang cukup untuk burung puyuh tersayang.
8. Adanya penyakit yang menyerang.

Penurunan produksi yang signifikan bisa disebabkan ternyata burung puyuh sedang terserang penyakit. Tentu memanggil dokter PT Peksi Gunaraharja adalah solusinya. Atau sebelumnya diberi obat “trimecyne” dulu apabila terlihat burung-burung puyuh dalam kondisi layu, pucat, dan kotoran yang buruk (berak putih atau berak hijau). Untuk yang ini saya tidak bisa menceritakan lebih lanjut, karena hanya berdasar mendengarkan keterangan dan pengalaman peternak lain. Penulis jangan mengalaminya ya……… hehehe.
9. Terus menerus produksi menurun atau bahkan berhenti dibarengi dengan banyak kematian yang di atas normal. Padahal sudah ditangani dokter PT. Solusinya hanya satu; segera saja diapkirkan. Beres.

Jika segala usaha mempertahankan produksi telur sudah dilakukan dan ternyata tidak juga meningkat. Bisa jadi itu merupakan penurunan yang wajar; apabila seiring dengan berkurangnya populasi setelah jangka waktu yang berjalan.

Berkurangnya populasi yang wajar dapat ditandai dengan ukuran standar kematian. Ukuran kematian ini sejumlah 0,8 ekor per-hari per-1000 populasi. Itu normal (apabila kematian di bawah 0,8 ekor, berarti bagus).
Kalau keadaan populasinya memang sudah berkurang, untuk tetap menstabilkan penghasilan, maka jatah pakan juga sudah saatnya untuk dikurangi. Mudah kan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar